Mengkonsumsi suplemen makanan berdosis tinggi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan efek samping yang sangat berbahaya bagi tubuh. Satu hal yang perlu diingat, suplemen makanan tidak diperlukan jika asupan makanan berimbang.
"penggunaan suplemen, seperti vitamin dan antioksidan, adalah gaya hidup dan bukan sesuatu yang esensial"kata Guru Besar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rianto Setiabudy.
Suplemen makanan bisa berupa mineral, serat, asam amino dan asam lemak yang dikemas mirip obat,padahal bukan obat.
Vitamin C merupakan suplemen yang paling sering dikonsumsi berlebih. Kebutuhan tubuh terhadap Vitamin C per hari adalah 90 miligram(mg), dan dapat dicukupi dari sayuran dan buah-buahan.
Di Indonesia banyak produsen menawarkan Vitamin C dengan dosis sangat tinggi, dari 500mg sampai 1000mg. Dan banyak orang yang tidak mengetahui bahaya kelebihan Vitamin C, yang dapat menyebabkan batu ginjal, nyeri lambun dan diare.
Lebih lanjut Rianto mengatakan "Tak ada bukti yang mantap bahwa Vitamin C dapat mencegah Influenza, penyakit jantung, kanker atau katarak".
Suplemen lain yang sering dikonsumsi berlebih adalah Vitamin E, Betakarotin dan Selenium (semua termasuk Antioksidan). Banyak orang yang mengatakan bahwa Antioksidan mampu mencegah kanker, stroke, penyakit jantung dan menghambat penuaan. Padahal hingga saat ini tidak ada satu pun bukti ilmiah yang menyokong hal ini.
Kelebihan Vitamin E diatas 800mg per hari dapat menghambat agregasi trombosit hingga mudah berdarah.
Selain Suplemen, jenis obat yang paling banyak diberikan dokter adalah antibiotika, justru penggunaan antibiotik secara kontiniu dapat membuat kebal kuman. Pendiri Yayasan Orangtua Peduli Purnamawati S Pujiarto mengajak masyarakat menjadi konsumen kesehatan yang cerdas. Pasien berhak menolak jika dokter memberikan antibiotika yang tidak diperlukan, karena antibiotika yang berlebih dapat menyebabkan kuman menjadi resisten.
"penggunaan suplemen, seperti vitamin dan antioksidan, adalah gaya hidup dan bukan sesuatu yang esensial"kata Guru Besar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rianto Setiabudy.
Suplemen makanan bisa berupa mineral, serat, asam amino dan asam lemak yang dikemas mirip obat,padahal bukan obat.
Vitamin C merupakan suplemen yang paling sering dikonsumsi berlebih. Kebutuhan tubuh terhadap Vitamin C per hari adalah 90 miligram(mg), dan dapat dicukupi dari sayuran dan buah-buahan.
Di Indonesia banyak produsen menawarkan Vitamin C dengan dosis sangat tinggi, dari 500mg sampai 1000mg. Dan banyak orang yang tidak mengetahui bahaya kelebihan Vitamin C, yang dapat menyebabkan batu ginjal, nyeri lambun dan diare.
Lebih lanjut Rianto mengatakan "Tak ada bukti yang mantap bahwa Vitamin C dapat mencegah Influenza, penyakit jantung, kanker atau katarak".
Suplemen lain yang sering dikonsumsi berlebih adalah Vitamin E, Betakarotin dan Selenium (semua termasuk Antioksidan). Banyak orang yang mengatakan bahwa Antioksidan mampu mencegah kanker, stroke, penyakit jantung dan menghambat penuaan. Padahal hingga saat ini tidak ada satu pun bukti ilmiah yang menyokong hal ini.
Kelebihan Vitamin E diatas 800mg per hari dapat menghambat agregasi trombosit hingga mudah berdarah.
Selain Suplemen, jenis obat yang paling banyak diberikan dokter adalah antibiotika, justru penggunaan antibiotik secara kontiniu dapat membuat kebal kuman. Pendiri Yayasan Orangtua Peduli Purnamawati S Pujiarto mengajak masyarakat menjadi konsumen kesehatan yang cerdas. Pasien berhak menolak jika dokter memberikan antibiotika yang tidak diperlukan, karena antibiotika yang berlebih dapat menyebabkan kuman menjadi resisten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar